Aku
Ingin Pergi
Ketika ku pandangi atap mimpiku
Celah-celah kehidupan kian merekah
Ku ketuk pintu bertiang waktu
Detik terakhirku melangkah
meninggalkan masa lalu
Meja-meja itu diam, papan tulis
kosong
Aku ingin tetap disini
Meski masa depanku menanti
Aku masih sanggup menerima beribu
solusi
Tapi mimpi tak mampu menahanku pergi
Dengarlah . . .
Tirai jendela tempatku memandang
Secarik kertas tempatku bermimpi
Untukmu Pahlawanku . . .
Bukan penghargaan dan pujian yang
dapat ku beri
Hanya terimakasih beriring doaku
Satu tahun lagi akan ku akhiri
Narasi dalam sebuah imajinasi
Diantara coretan manis disetiap
dinding emosi
Yang selalu memintaku kembali disini
Memaknai dan mencintai
arti sahabat sejati
Analisis Puisi “Aku Ingin Pergi” :
Dalam
puisi diatas, saya sebagai penulis mulai merasakan berakhirnya masa sekolah.
Hal tersebut saya ungkapkan pada bait pertama. Ketika saya mulai melihat
mimpi-mimpi untuk masa depan dan meninggalkan masa lalu disekolah. Pada baris
“ku ketuk pintu bertiang waktu” saya mulai menggunakan majas yang bermakna
kiasan. Pada baris keempat dan kelima, saya memaparkan kesan yang saya temui di
sekolah. Hal-hal yang selalu ditemui dan keinginan untuk menuju masa depan.
Saya juga mengungkapkan bahwa saya masih ingin berada di sekolah dan sanggup
menerima petuah-petuah dari sang guru. Namun pada baris terakhir bait pertama
tersebut, saya menyadari bahwa masih banyak mimpi yang harus digapai.
Saya
mengungkapkan kenangan di sekolah pada baris kedua. Yaitu pada baris pertama
yang berbunyi “Tirai jendela tempatku memandang” dan “Secarik kertas tempatku
bermimpi”. Menggunakan majas metafora yaitu membandingkan suatu benda lain yang
mempunyai sifat sama. Masih pada bait kedua, pada baris ketiga dan keempat.
Saya ingin berdoa dan mengucapkan terimakasih untuk Bapak/ Ibu Guru yang selama
ini telah membimbing dan mendampingi saya. Karena saya tidak dapat memberikan
penghargaan dan pujian yang selayaknya pantas untuk mereka. Yang telah dengan
sabar, ikhlas, dan pengertian dalam pengabdiannya.
Pada
akhirnya, saya mengungkapkan seluruh kegundahan hati yang saya alami. Bahwa
saat satu tahun terakhir merasakan bangku sekolah, semua yang indah bersama
sahabat tak akan pernah terulang kembali. Pada baris kedelapan bait kedua,
yaitu “Narasi dalam sebuah imajinasi” berarti sepanjang kisah cerita perjalanan
selama saya bermimpi, berimajinasi, dan berkreasi di sekolah. Dan pada bait
selanjutnya, saya menggunakan majas asosiasi untuk membandingkan sesuatu dengan
keadaan yang sesuai dengan kondisi/ gambarannya. Yaitu “Diantara coretan manis
disetiap dinding emosi”. Dan pada dua baris terakhir, saya merasakan bahwa
kenangan-kenangan di sekolah akan selalu manis untuk di ingat kelak ketika
semua telah pergi.
Tema yang saya angkat dalam puisi
diatas adalah harapan dan kenangan yang harus di tinggalkan.
Amanat dari puisi yang saya buat
yaitu bahwa masa-masa sekolah harus di manfaatkan dengan sebaik mungkin agar
setelah lulus nanti dapat mempunyai motivasi untuk menggapai mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar